Rupiah Melemah Drastis, Dipicu Gelombang Demonstrasi dan Aksi Ambil Untung

waktu baca 2 menit
Sabtu, 30 Agu 2025 11:16 0 83 admin

Jakarta, inspirasirakyat.id – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan signifikan pekan ini. Berdasarkan data dari Refinitiv, mata uang garuda ditutup pada level Rp16.485/US$ pada Jumat (29/8/2025), melemah 0,87% dalam satu hari. Pelemahan ini menjadi yang terbesar sejak 8 April 2025 dan membawa Rupiah ke level terlemahnya sejak awal Agustus.

Secara mingguan, Rupiah ambruk 0,9%, berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi pada minggu sebelumnya. Tekanan ini terjadi di tengah memanasnya situasi politik dalam negeri akibat gelombang demonstrasi yang berlangsung sejak Senin (25/8/2025). Puncaknya, insiden tragis menimpa seorang pengemudi ojek online yang tertabrak kendaraan taktis Brimob, memicu aksi massa yang semakin meluas di berbagai daerah.

Namun, demonstrasi bukan satu-satunya penyebab. Menurut Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, pelemahan Rupiah juga disebabkan oleh faktor ekonomi. “Pada periode akhir bulan, kelihatannya investor juga mengambil momentum. Akhir bulan mereka harus tarik atau realisasikan keuntungan mereka. Dan kebetulan timingnya ini ada demo,” ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Selain itu, tingginya permintaan dolar untuk pembayaran utang luar negeri dan impor juga menambah tekanan. Meski demikian, tekanan ini dinilai bersifat sementara. Pasar kini menanti data inflasi AS, khususnya Personal Consumption Expenditure (PCE) Inflation. Jika data menunjukkan angka lebih rendah, Rupiah berpotensi kembali menguat seiring melemahnya Dolar AS. Stabilitas kondisi sosial di dalam negeri juga akan menjadi penentu penting arah Rupiah ke depan.

Tekanan mata uang tak hanya menimpa Rupiah. Sejumlah mata uang Asia juga mengalami fluktuasi signifikan pekan ini. Namun, pergerakan ini tidak seragam, dengan beberapa mata uang anjlok sementara yang lain justru menguat.

Pelemahan terbesar menimpa Peso Filipina, yang jatuh setelah Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) memangkas suku bunga acuan mereka. Hal serupa dialami Rupee India, yang anjlok ke titik terendah sepanjang sejarah, menembus level 88 per dolar AS. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran tarif tambahan dari AS yang akan menekan pertumbuhan ekonomi India.

Di sisi lain, kabar mengejutkan datang dari Yuan China. People’s Bank of China (PBOC) menaikkan kurs tengah harian yuan terhadap dolar AS dengan margin terbesar dalam hampir setahun. Langkah ini dianggap sebagai sinyal perubahan strategi moneter, dari sekadar stabilisasi menjadi dorongan untuk apresiasi bertahap yuan. Analis menilai ini sebagai langkah proaktif PBOC yang berpotensi memicu pergeseran sentimen di pasar mata uang global.{Red}

Sumber : CNBC

Related Posts: