BANDUNG.inspirasirakyat.id – Baju Kebaya, Kain Panjang, Sanggul merupakan bagian penting dan merupakan unsur budaya Indonesia yang harus di lestarikan. Begitu juga Sanggul dan Asesoris yang menjadi pelengkap kebaya dan sanggul merupakan ciri khas adat budaya wanita Indonesia terutama di pulau Jawa.
Baju Kebaya merupakan baju adat yang di kategorikan baju adat Indonesia. Dalam sejarah baju Kebaya merupakan pakaian tradisional yang di kenakan oleh wanita Indonesia. Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur miliki baju adat untuk wanita adalah Kebaya dan di pakai dalam berbagai acara resmi. Baju adat di gunakan dalam berbagai acara seperti upacara adat, acara pertemuan resmi, kesenian, perkawinan dan upacara lainnya.
Baju Kebaya memiliki sejarah dan asal usulnya. Baju k
Kebaya berasal dari budaya Indonesia. Baju Kebaya juga sudah mengalami akulturasi dari budaya Melayu, negara luar seperti Protugis, Belanda dan Tionghoa.
Makna dan arti Kebaya secara umum berasal dari kata Arab “kaba” yang artinya pakaian, lalu berkembang menjadi “Cabaya” dari bahasa Portugis yang memiliki arti pakaian atasan atau blus yang berkembang pada abad 15 dan 16. Bagaimana sejarah dan asal usulnya baju Kebaya sudah lahir di tanah air sejak lama dan menjadi pakai ciri khas Bangsa Indonesia.
Makna dan arti Kebaya dalam kamus bahasa Sunda yaitu baju awewe, minangka kancingna make panitih, samangsa wanita make, sok make oge samping. Artinya baju wanita yang di kancing dengan peniti di pakai bersamaan dengan kain panjang. Saya masih ingat nenek saya tahun 80 an memakai baju Kebaya, kain panjang dan stagen, baju Kebaya zaman itu tidak ada kancing, untuk mengancing mengunakan peniti, stagen di pakai untuk melilit pinggang, memperkuat kain panjang, sanggulnya menggunakan sambungan rambut namanya cemara orang Jawa menyebutnya, orang Sunda menyebutnya Sobrak.
Pada zaman sekarang baju Kabaya dan Sanggul masih dipakai oleh kalangan wanita dalam acara-acara resmi saja tidak menjadi baju yang di pakaian sehari hari seperti pada zaman dahulu. Pengaruh budaya bangsa luar sudah melunturkan baju Kebaya, Kain Panjang dan Sanggul. Kondisi sekarang wanita Indonesia sudah berubah tradisi cara berpakaian, memakai baju blus atasan kaos, kemeja yang di dipadupadankan dengan celana panjang. Gaya berpakaian sudah jauh meninggalkan budaya negeri sendiri dan sangat miris karena cara berpakaian mengikuti bangsa lain telah merubah karakter dan adat budi pengerti wanita Indonesia.
Kebaya, Kain Panjang dan Sanggul memiliki nilai filosofi. Mengunakan Kebaya, Kain Panjang dan Sanggul merupakan Simbol kekayaan budaya di negeri kita dan berpakaian Kebaya lengkap membentuk karakteristik wanita yang penuh kelembutan, anggun, elegan, wibawa sehingga membentuk bahasa tubuh yang penuh kesopanan, etika dan moral yang luhur. Bagaimana tidak wanita mengenakan kain panjang yang di lilitkan dengan bagian kaki bawah mengerucut, sehingga membentuk langkah perempuan tidak tergesa-gesa, langkah dengan pasti anggun dan kaki membentuk bahasa tubuh yang rapet, tujuannya adalah menjaga mahkota kewanitaan. Kain stagen yang dililitkan di pinggang bertujuan menjaga rahim wanita, rahim wanita adalah tempat berkembangnya janin yang harus terjaga kesuciannya, selain itu agar bagian perut tetap langsing.
Dalam budaya adat Sunda Kebaya, Kain Panjang dan Sanggul merupakan ciri khas adat Sunda dan pakaian tradisional. Di masyarakat Sunda terdiri dari berbagai tradisi di antaranya tradisi upacara sakral, kesenian, upacara pernikahan, seren tahun, hajat laut, nyalin, sedekah bumi dan masih banyak tradisi yang lainnya. Dalam pelaksanan tradisi tersebut pakaian adat Sunda merupakan pokok utama yang menjadi ciri khas dan di pakai.
Baju Kebaya pakaian adat Sunda terdiri dari beberapa jenis yaitu baju Kebaya menak, Kebaya pengantin, Kebaya mojang jejaka.
Pakaian adat Sunda memiliki sejarah dengan keragaman budaya di setiap daerah sehingga mencerminkan pakaian suku sunda memiliki budaya yang unik.
Fungsi baju adat di Jawa Barat di pengaruhi juga dalam bentuk kegiatan dan jenis kegiatan misalnya petani dan buruh pakaian cendrung warna hitam dengan k
Kebaya sederhana dan kain sarung. Kebaya di pakai oleh semua wanita Sunda sebagai pakaian adat tidak mengenal golongan.
Secara historis pakaian adat Sunda memiliki tiga tingkat dalam kehidupan sosial yaitu pakaian adat bangsawan, pakaian adat masyarakat menengah, pakaian adat untuk rakyat biasa. Nama pakaian adat Sunda untuk wanita di sebut juga Kebaya, sedangkan pakaian adat Sunda yang di pakai pria adalah Beskap.
Untuk bahan baju adat Sunda ada tingkatan kelas dalam masyarakat. Masyarakat menak/bangsawan adalah strata sosialnya lebih tinggi bahan yang di gunakan adalah bahan bludru untuk baju adat wanita dan pria. Pada era tahun1950 bahan yang di gunakan untuk baju kebaya yaitu brukat, saten corak bunga dan bludru. Baju Kebaya untuk wanita remaja di adat Sunda menggunakan Kebaya berbahan polos dengan kain panjang bermotif batik yang di lilitkan di pinggang. Untuk pengantin wanita mengenakan Kebaya berbahan brukat dengan warna yang dibakukan yaitu putih, cream, kuning dan biru.
Bentuk atau model Kebaya adat Sunda lebih panjang melampaui pinggul bahkan panjang Kebaya sampai batas lutut. Warna-warna cerah seperti merah, marun, unggu, kuning, dominan untuk baju Kebaya adat Sunda. Model kerah leher berbentuk V dan U.
Pasangan baju Kebaya adalah Kain Panjang di sebut Sinjang. Menurut kamus bahasa Sunda Singang sama dengan sarung, samping atau lamban. Motif kain atau Sinjang memiliki motif batik. Zaman dahulu corak batik memiliki tingkat strata sosial. Di Jawa Barat kain panjang atau Sinjang lebih banyak corat batik dan setiap corak batik memiliki nilai filosofi yang berbeda beda. Batik merupakan seni menggambar di atas kain.
Sanggul adalah gulungan rambut di belakang kepala. Sanggul dalam kamus bahasa Sunda di sebut Gelung. Sanggul adat Sunda memiliki nama yaitu Sanggul Ciwidey, Sanggul Ukel, Sanggul Ukel Konde, Sanggul Ukel Tekun, Sanggul Tagel, Sanggul Timpas Di Jawa Barat sanggul Ciwidey sangat di kenal dengan nama “Sanggul Pasundan” atau “Sanggul Kesundaan” yang di pakai pada acara formal seperti pernikahan. Sanggul Ciwidey di hiasi asesoris cucuk gelung atau cucuk konde dari bahan emas atau perak biasanya untuk golongan bangsawan dan bahan tanduk untuk masyarakat umum. Filosofi Sanggul Pasundan rambut panjang seperti ekor kuda lebih di maknai hurup Alif, Alif bentuknya lurus artinya hidup akan mendapatkan kebaikan jika kita lurus tidak berbelok, pendirian yang lurus, jujur adalah nilai budi yang baik. Rambut yang di gelung membentuk hurup Nun, artinya kehidupan itu ibarat arah jarum jam, melingkar kadang ada di atas, kadang di bawah. Cucuk konde Sanggul Pasundan atau Ciwidey di hiasi cucuk konde kembang kapol.
Filosofi Sanggul ada yang menyebutkan rambut yang di tarik ke belakang lalu di gulung membentuk bulat, memiliki makna dan filosofi arti bahwa wanita harus bisa menyimpan aib rumah tangganya, kepedihan, kecewa jangan di utarakan di depan dan di bicarakan pada orang lain, namun di simpan di belakang. Ada juga yang mengatakan Sanggul memiliki arti simbol bumi, bentuk bumi yang bulat artinya wanita adalah ibu pertiwi yang memikul bumi sebagai simbol bahwa bumi adalah tempat kehidupan atau tempat kembali artinya wanita adalah rumah untuk anak-anaknya dan suaminya. Ilmu kehidupan ada pada wanita. Setiap daerah pasti memiliki nama Sanggul, makna dan nilai filosofi yang berbeda-beda tapi semua memiliki makna yang bernilai budi pengerti yang luhur.
Di zaman moderenisasi saat ini tradisi berpakaian adat semakin menurun untuk melestarikan agar tetap hidup di masyarakat harus kembali menumbuhkan kesadaran cinta pada budaya leluhur, bangga pada tradisi daerah nya, tidak malu memakai baju Kebaya, Kain Panjang dan Sanggul dalam kegiatan sehari- hari ataupun kegiatan resmi. Di Jawa Barat ada komunitas yang mencoba melestarikan pakaian tradisional. Wanita Bersanggul Indonesia (WBI) merupakan komunitas wanita pelestari Sanggul dan pastinya juga baju Kebaya. Komunitas wanita pelestari Sanggul sudah terbentuk 18 korwil di Indonesia, pusatnya di Surabaya. Jawa Barat baru terbentuk korwil Bandung raya. Komunitas ini memiliki fisi misi untuk melestarikan Sanggul dan Kebaya agar tidak punah dan tetap lestari. Kegiatan komunitas Wanita bersanggul Indonesia di antaranya membekali ketrampilan bersanggul agar wanita indonesia dapat menyanggul sendiri, mensosialisasikan Sanggul dan Kebaya, sebagai lumbung busana memberikan bantuan bilamana ada wanita Indonesia yang membutuhkan, berperan aktif di kegiatan kebudayaan. Masih ada beberapa komunitas pelestari pakaian tradisional di Nusantara kita ini, semoga kegiatan ini jalan untuk tetap lestari baju adat budaya negeri kita. Harapan besar agar baju adat tradisional Indonesia juga di perkenalkan pada generasi muda. Harapan pihak pemerintah dapat memberi dukungan kepada komunitas yang bertujuan mulia untuk melestarikan baju adat bangsa kita. Sekian tulisan ini semoga wanita Indonesia lebih memiliki kesadaran untuk menghidupkan tradisi budaya leluhur agar nilai budi pengerti wanita Indonesia semakin luhur.
Penulis: Ambu Rita Laraswati
(Budayawati, Seniman lukis, Spiritualis)
Senin 11 Agustus 2025
Soma 10s, sasih Posya, taun 1962 Caka Sunda.
YAYASAN SUNDA13BUHUN