Internasional, inspirasirakyat.id – Sebuah insiden yang potensial memicu eskalasi besar-besaran di Timur Tengah ternyata berakhir dengan nada yang membingungkan. (23/6/2025)
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran melancarkan serangan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid, markas utama militer AS di Qatar. Aksi ini diklaim sebagai balasan langsung atas serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran.
Meskipun laporan awal menyebutkan antara 6 hingga 19 rudal balistik ditembakkan, pertahanan udara gabungan AS dan Qatar berhasil meredam sebagian besar ancaman. “Hanya satu rudal yang sempat mengenai area pangkalan, tanpa menimbulkan korban jiwa atau kerusakan berarti,” jelas Kementerian Pertahanan Qatar. Sebuah situasi yang aneh, mengingat potensi kehancuran dari serangan rudal balistik.
Reaksi dari Washington justru yang paling mencuri perhatian. Presiden AS Donald Trump menyebut serangan itu “sangat lemah” dan bahkan secara mengejutkan mengucapkan terima kasih. “Saya berterima kasih kepada Iran karena memberi tahu lebih awal. Ini memungkinkan kami menyelamatkan nyawa. Kini saatnya menghentikan kekerasan. Waktunya damai!” cuit Trump, sebuah pernyataan yang kontras dengan ketegangan yang biasa menyelimuti hubungan kedua negara.
Di Teheran, serangan yang dinamai “Operasi Basharat al-Fath” ini digembar-gemborkan sebagai “kabar gembira kemenangan” dan “hukuman” atas agresi AS dan Israel. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan Iran takkan ragu melancarkan serangan lebih besar jika wilayah mereka terus diserang. Namun, apakah “peringatan” Khamenei ini sejalan dengan “pemberitahuan dini” yang diungkap Trump.
Pemerintah Qatar, meskipun mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan, tetap memprioritaskan jalur diplomatik, berusaha keras meredakan ketegangan. Insiden ini, dengan segala keanehannya, tampaknya lebih merupakan sinyal politik daripada upaya nyata untuk memicu konflik. Sebuah pertunjukan kekuatan yang dirancang untuk menjaga keseimbangan teror di kawasan yang rentan ini.( Red )