Garut, inspirasirakyat.id – Kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan seorang dokter spesialis kandungan (obgyn) di Garut, Jawa Barat, mencuat ke publik setelah diungkap oleh seorang dokter spesialis Konservasi Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), drg. Mirza Mangku Anom, Sp.KG. Pengungkapan ini bermula dari unggahan di akun Instagram pribadi drg. Mirza, @drg.mirza, yang kemudian viral dan menarik perhatian luas warganet. (17/04/2025)
drg. Mirza membagikan serangkaian pesan dari individu yang mengaku sebagai korban atau mengetahui perilaku tidak pantas yang diduga dilakukan oleh dr. Muhammad Syafril Firdaus, dokter kandungan yang praktik di sebuah klinik di Garut. Selain itu, drg. Mirza juga menyertakan bukti berupa rekaman CCTV dari ruang praktik yang memperlihatkan momen saat dr. Syafril melakukan pemeriksaan USG terhadap seorang pasien.
Dalam rekaman yang dibagikan, terlihat gerakan tangan dr. Syafril di area sensitif pasien yang menimbulkan kecurigaan. “Tolonglah, bekerja secara profesional dan bermartabat! Ini semua bukti aku punya lengkap lho, rekaman CCTV versi lengkap aku juga punya, dan aku selalu kesel ngelihat yang begini-begini,” tulis drg. Mirza dalam unggahannya pada Selasa (15/4/2025).
Setelah unggahan tersebut viral, semakin banyak warganet yang berani berbagi pengalaman mereka melalui pesan langsung kepada drg. Mirza. Salah satu pengakuan datang dari seorang wanita yang mengaku menjadi korban pada tahun 2023 lalu saat memeriksakan kandungannya tanpa didampingi suami.
“Dari awal udah aneh, mungkin karena saya sendiri, ya, nggak di samping suami. Dia minta WA, ngajak jalan ini itu. Saya memang sendiri, suami lagi nggak ada. Dia ngiming-ngiming, ‘Udah kamu cek ke klinik saya, nggak usah bayar,’ tapi di sana saya dilecehin. Payudara saya dimainin, saya juga ditahan pakai tangan, tetap aja tangannya mainin,” ungkap korban dalam pesannya yang kemudian dibagikan ulang oleh drg. Mirza. Korban bahkan mengaku menyimpan buku konsultasi dan catatan tanggal kunjungan sebagai bukti.
Laporan lain yang diterima drg. Mirza menyebutkan bahwa dr. Syafril diduga sering menghubungi pasien secara pribadi melalui WhatsApp, menawarkan USG 4D gratis dengan syarat pasien datang sendiri tanpa pendampingan suami atau keluarga.
“Dia selalu WA pasien-pasiennya, iming-iming USG 4D gratis, tapi ngajak main dan lain-lain. Tapi nggak boleh bawa suami atau siapapun pas periksa,” tulis seorang pengirim pesan yang mengaku sebagai junior yang pernah bekerja bersama dokter terduga pelaku.
Menyusul ramainya kasus ini, akun Instagram milik dr. Syafril diketahui menghilang dari platform. “Terpantau akun IG-nya menghilang beberapa menit setelah postingan pertamaku tentang kasusnya,” ungkap drg. Mirza.
Menurut informasi, laporan terhadap kasus ini telah disampaikan ke pihak kepolisian beberapa bulan lalu. Namun hingga kini, belum ada perkembangan berarti dari pihak berwenang. drg. Mirza berharap dengan viralnya kasus ini, pihak kepolisian setempat dapat segera menindaklanjutinya. Ia juga mendorong Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi untuk segera turun tangan.
“Semoga setelah mulai viral malam ini, kasus ini segera bisa ditindaklanjuti oleh kepolisian setempat,” harap drg. Mirza, seraya menekankan pentingnya menjaga kepercayaan publik terhadap profesi dokter.
Menanggapi video viral tersebut, beberapa dokter spesialis obgyn turut memberikan klarifikasi mengenai prosedur USG transabdomen. Mereka menjelaskan bahwa tangan kanan dokter umumnya memegang probe, sementara tangan kiri seharusnya mengatur alat atau keyboard, bukan menyentuh area tubuh pasien. Pernyataan ini senada dengan konfirmasi yang didapatkan drg. Mirza dari sejumlah koleganya.
“Aku tanya ke beberapa temanku yang dokter spesialis obgyn, jawabannya semuanya mirip seperti ini. Jadi ini mau alasan pemeriksaan apa kok sampai tangan kirinya di payudara pasien lama banget gitu?” ujarnya.
Kasus ini memicu diskusi luas dan kemarahan di media sosial. Banyak warganet yang geram, terutama karena bukan kali pertama dugaan pelecehan oleh tenaga medis mencuat.
“Belum selesai kasus pelecehan yang dilakukan oleh Dokter Residen PPDS Anastesi di TSHS Bandung, sekarang muncul lagi kasus pelecehan yang dilakukan oleh Dokter Kandungan di Garut,” komentar seorang netizen.
“Pemeriksaannya gak wajar itu gak sampe ke dada gitu. Saya hamil gak pernah periksa serepot itu. Dan lagi selalu di dampingi suster walaupun periksanya sendiri. Itu mah pelecehan tangannya ngapain ke dada-dada,” timpal netizen lainnya.
Pihak kepolisian dan instansi terkait diharapkan segera melakukan investigasi mendalam terkait kasus ini untuk mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi para korban. ( Red )