Mitos dan Realitas, Gunung Kemukus Sragen, Cara Instan Meraih Kekayaan Dengan Ritual Sex, Berani Coba ?

waktu baca 2 menit
Minggu, 2 Nov 2025 13:58 0 90 admin

Karawang, inspirasirakyat.id– Gunung Kemukus di Sragen, Jawa Tengah, adalah destinasi wisata yang menarik perhatian bukan hanya karena nilai historis dan religinya, tetapi juga karena mitos kontroversial yang melingkupinya.

Tempat pemakaman Pangeran Samudra, putra Prabu Brawijaya V, ini menjadi saksi bisu perpaduan antara kesakralan ziarah dan stigma negatif “bisnis esek-esek” yang telah berakar selama puluhan tahun.

Berlokasi di Desa Pendem, Sumberlawang, Gunung Kemukus adalah peristirahatan terakhir Pangeran Samudra, seorang tokoh yang diutus Sunan Kalijaga untuk menyiarkan Islam.

Dikutip dari solopos.id, Juru kunci makam, Hasta, menuturkan bahwa makam ini masih ramai dikunjungi peziarah, terutama pada malam Jumat Pon, hari wafatnya sang pangeran. Mereka datang untuk tirakatan, tawasul, dan tahlilan, mendoakan beliau, bukan meminta hajat. (02/11/2025)

​Nama “Kemukus” sendiri berasal dari keajaiban alam. Setiap pagi di musim kemarau, di atas makam terlihat embun berbentuk kerucut atau kukusan, yang kemudian menjadi nama tempat tersebut.

Kisah perjalanannya yang dramatis, mulai dari sakit di Bogorame hingga wafat dan dimakamkan di tempat tertinggi, menguatkan nilai spiritual lokasi ini.

Namun, citra sakral ini tercoreng oleh ritual menyimpang yang dikenal sebagai “ngalap berkah” melalui hubungan seksual dengan bukan pasangan sah. Juru kunci Hasta menjelaskan bahwa stigma ini berawal dari miskomunikasi antara juru kunci terdahulu dengan peziarah luar Jawa.

Mbah saya memberi saran kepada pengunjung agar berziara ke makam Pangeran Samudra diibaratkan mendatangi demenan atau kekasih… Tetapi pengunjung itu tadi salah kaprah mengartikannya, mereka kira kalau datang ke sini harus membawa pacar,” jelas Hasta, menegaskan bahwa tidak ada syarat khusus seperti itu.

​Ritual esek-esek ini diperkuat oleh mitos yang menyebutkan Pangeran Samudra dan ibu tirinya, Raden Ayu Ontrowulan, yang meninggal saat hendak berhubungan seksual. Pesan sebelum meninggal yang konon menyebutkan hajat akan terkabul jika ada yang melanjutkan perbuatan tersebut, menjadi dasar keyakinan yang sesat.

Hasil penelitian menunjukkan peziarah yang melakukan ritual terlarang tersebut datang dengan berbagai masalah, mulai dari ekonomi hingga percintaan, dan wajib melakukannya tujuh kali berturut-turut tanpa ganti pasangan. Ritual fenomenal yang dimulai sekitar tahun 1990-an ini telah tersebar hingga luar Jawa.

​Hasta dan pihak pengelola kini berupaya keras meluruskan sejarah dan melawan penyalahgunaan makam seorang wali. “Jangan meminta ke Pangeran Samudra, cukup doakan beliau. Berdoa hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa!” tegasnya, berharap Gunung Kemukus kembali murni sebagai pusat ziarah dan penyebaran ilmu agama Islam. ( Red )

Sumber : solopos.id

Related Posts: