JAWA TENGAH, inspirasirakyat.id – Kabar duka menyelimuti keluarga besar Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor. Tembok tandon air di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Kampus 5 Darul Qiyam, Dusun Mangunsari, Desa Gadingsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, roboh pada Jumat (25/4) sekitar pukul 10.30 WIB. Akibat kejadian tragis ini, empat santri dilaporkan meninggal dunia. ( 27/04/2025)
Dua dari empat santri yang meninggal dunia diketahui berasal dari Kota Surabaya, yakni Wildan dan Bima Arya. Selain itu, puluhan santri lainnya mengalami luka-luka dan harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit terdekat.
Informasi yang dihimpun di lokasi kejadian menyebutkan bahwa musibah terjadi saat para santri tengah bersiap untuk mandi menjelang pelaksanaan salat Jumat. Tiba-tiba, terjadi pergerakan tanah yang menyebabkan longsor dan menimpa tembok tandon air. Seketika, tembok tersebut ambrol dan menimpa area kamar mandi yang saat itu sedang ramai digunakan oleh para santri.
Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Magelang mencatat total korban dalam peristiwa ini mencapai 29 orang. Rinciannya adalah 4 santri meninggal dunia, 16 santri menjalani rawat inap di rumah sakit, dan 9 santri lainnya mendapatkan perawatan jalan.
Direktur Pesantren Kemenag RI, Basnang Said, menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas musibah ini. “Kami sangat berduka atas peristiwa ini. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Doa kami panjatkan untuk para santri yang wafat, semoga Allah SWT menerima mereka dalam kasih sayang-Nya dan menempatkan mereka di surga terbaik,” ujarnya melalui laman resmi Kemenag.
Basnang juga mendoakan kesembuhan bagi para santri yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Kepada keluarga yang ditinggalkan, ia berharap agar diberikan kekuatan dan keikhlasan dalam menghadapi cobaan ini.
Lebih lanjut, Basnang mengapresiasi respons cepat dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses evakuasi korban, termasuk para ustadz, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), petugas Pemadam Kebakaran, kepolisian, tenaga medis, serta para relawan.
“Ini adalah musibah yang tak diharapkan, dan menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya pengawasan keselamatan di lingkungan pendidikan,” tegasnya. Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mendoakan para korban serta memperkuat solidaritas dan semangat gotong royong dalam menjaga keselamatan di lingkungan pesantren.
Koordinator Basarnas Unit Siaga SAR Borobudur, Basuki, kepada wartawan setempat menjelaskan bahwa proses evakuasi korban berlangsung cukup lama, mencapai 13 jam. Hal ini dikarenakan medan evakuasi yang terbilang sulit akibat tembok ( Red )